Mapinton,
Masyarakat Dusun Peninjoan Desa Peresak Kecamatan Narmada seluruhnya adalah penganut Agama Hindu, mereka sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya warisan leluhurnya yang dibawa sejak ratusan tahun yang lalu oleh leluhur mereka dari Desa Bugbug Karangasem Bali. Hal ini di buktikan dengan adanya kemiripan dalam pola penggunaan tanah serta kegiatan ritual/yajña. Dalam pola penggunaan tanah masih dikenal istilah tanah ayahan desa, tanah karang desa sebagaimana lazimnya di Bugbug Kabupaten Karangasem. Sedangkan untuk kegiatan ritual/yajña seperti Upacara Dewa Yajña yaitu Usaba Gumang yang dilaksanakan setiap tahunnya, upacara manusa yajña yaitu magepok mesih, mapinton dan lain-lain.
Dari sekian banyak upacara yajña yang dilaksanakan oleh Masyarakat Peninjoan, mapinton adalah Upacara Manusia Yajña yang mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, ini terlihat dari banten upakara yang dipergunakan terdapat babi guling yang mencerminkan jenis kelamin seseorang yang diupacarai, bila yang diupacarai (mapinton) perempuan maka babi gulingnya berjenis kelamin betina begitu pula sebaliknya, upacara mapinton juga disakralkan karena merupakan tradisi sejak dahulu dan sampai saat ini masih dipertahankan oleh Masyarakat Peninjoan. Mapinton ini dilaksanakan secara massal oleh warga yang memiliki keluarga (anak/menantu) dan orang luar yang baru menjadi warga Peninjoan dan dilaksanakan pada Usaba Gumang yang jatuh pada purnama sasih kalima setiap tahunnya dan dalam pelaksananaannya dikoordinir oleh Pengurus Krama Pura Gumang Peninjoan. Dalam pelaksanaan mapinton ini disertai dengan banten (sesajen) sebagai sarananya.
Mapinton adalah salah satu wujud pelaksanaan Manusa Yajña, karena dilaksanakan pada masa kehidupan yang merupakan upacara persaksian kehadapan Ida Bhatara Gde Gumang yang menurut kepercayaan dan keyakinan masyarakat Dusun Peninjoan sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta upacara ini sekaligus sebagai upacara perkenalan kepada masyarakat Dusun Peninjoan dimana ia akan bergabung dalam wadah desa adat. Hal ini melambangkan bahwa manusia itu selain merupakan mahluk individu, manusia juga merupakan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuam orang lain. Dalam hubungan hidup bersama manusia (masyarakat peninjoan) Yajña mengisi serta menyempurnakan norma-norma serta nilai-nilai sosial yang mengatur antar hubungan hidup bersama yang bertujuan menciptakan keseimbangan serta keharmonisan antar hubungan dalam masyarakat, sehingga dalam hidupnya tidak menempuh jalan yang sesat melainkan dapat berpikir berkata dan berbuat yang baik (benar). Hal ini disimbulkan dalam upacara mapinton.
.
.
Oleh: Ni Nyoman Sri Dwiyarsini, Istri dari I Komang Suarta
Posting by: I Wayan Andreas Dwipayana
Beruntungnya udah Mapinton...
BalasHapusngantian usabe pang maan nyaik..
BalasHapusNyaik nyaik nyaik,,,
BalasHapusmembangun kampung halaman
BalasHapusYang merasa pedekan Betare Gde Gumang sudah sepatutnya wajib mapinton!
BalasHapusPak mang suba mepinton..
BalasHapusTyang suba mapinton!
BalasHapusPedekan Bethare Gde Gumang diwajibkan Mepinton
BalasHapusPencalonan pengurus Pura Gumang Peninjoan.
BalasHapussemoga calon pengurus yang terpilih betul-betul orang yang mempunyai jiwa ngayah yang tinggi